Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Denpasar Mei 2020 - Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung

Telah tersedia publikasi Kabupaten Klungkung Dalam Angka 2024, dapat diunduh disini.

Untuk mendapatkan data BPS Klungkung silahkan datang ke Pelayanan Statistik Terpadu BPS Kabupaten Klungkung Jl. Raya Besakih,Desa Akah, Klungkung. Setiap hari kerja mulai pukul 08:00 s.d 15:30 WITA. Chat melalui WA: +62 851-7967-5105

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Kota Denpasar Mei 2020

Tanggal Rilis : 2 Juni 2020
Ukuran File : 1.56 MB

Abstraksi

Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.Pada bulan Mei 2020 Kota Denpasar tercatat mengalami deflasi sedalam -0,10 persen yang ditunjukkan dengan penurunan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,42 pada April 2020 menjadi 104,32 pada Mei 2020. Sementara itu, tingkat inflasi tahun berjalan Mei 2020 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2020 terhadap Mei 2019 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,65 persen dan 2,05 persen.


Dari sebelas kelompok pengeluaran, empat kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam -1,90 persen; kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam -1,85 persen; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam -0,78 persen; dan kelompok II (pakaian dan alas kaki) sedalam -0,25 persen. Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi yaitu kelompok VI (transportasi) setinggi 2,89 persen; kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) setinggi 0,44 persen; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya) setinggi 0,01 persen. Empat kelompok pengeluaran tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan); kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya); kelompok IX (pendidikan); dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).


Komoditas yang tercatat memberikan andil atau sumbangan deflasi pada bulan Mei 2020 antara lain, canang sari, cabai rawit, pindang tongkol, pasta gigi, bawang putih, biskuit, emas perhiasan, lipstik, telur ayam ras, dan pembalut wanita.


Dari 90 kota IHK, tercatat 23 kota mengalami deflasi dan 67 kota mengalami inflasi. Deflasi terdalam tercatat di Kota Luwuk (Sulawesi Tengah) sedalam -0,39 persen sedangkan deflasi terdangkal tercatat di Kota Manado (Sulawesi Utara) sedalam -0,01 persen. Sementara itu, inflasi tertinggi tercatat di Kota Tanjung Pandan (Bangka Belitung) setinggi 1,20 persen sedangkan inflasi terendah tercatat di Kota Tanjung Pinang (Kepulauan Riau), Kota Bogor (Jawa Barat), dan Kota Madiun (Jawa Timur) masing-masing setinggi 0,01 persen. Jika diurutkan dari deflasi terdalam, maka Denpasar menempati urutan ke-14 dari 23 kota yang mengalami deflasi.
Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik Kabupaten KlungkungJl. Raya Besakih

Desa Akah 80716 Klungkung

Telp (0366) 21180 Faks (0366) 24242

Mailbox : bps5105@bps.go.id

logo_footer

Tentang Kami

Manual

S&K

Daftar Tautan

Hak Cipta © 2023 Badan Pusat Statistik